Home > FAQ

FAQ

FAQs Seputar LRT Jabodebek

  • LRT atau Lintas Raya Terpadu adalah moda layanan transportasi yang mengoperasikan kereta penumpang di atas rel ringan. Kendaraan rel ringan umumnya digerakkan secara elektrik dengan daya yang diambil dari atas melalui Overhead Line (Listrik Aliran Atas) atau dari bawah melalui Third Rail (Listrik Aliran Bawah). Ringan dalam konteks yang kita gunakan ini memiliki arti “diperuntukkan bagi beban ringan dan gerakan cepat”, jadi bukan mengacu pada berat fisik. Oleh karenanya, LRT nantinya bekerja dengan konsep “memindahkan penumpang lebih banyak melalui operasi rute yang lebih banyak.” Jangkauan LRT juga biasanya hanya melayani rute perkotaan seperti dari satu tempat di Jakarta ke tempat lain di dalam Jakarta, dan rute lintas perkotaan seperti Bekasi-Jakarta atau Jakarta-Cibubur.  Istilahnya rute layanan urban dan interurban.

  • Proyek LRT Jabodebek adalah proyek transportasi berbasis rel dengan detail kompleks dan skala yang sangat besar. LRT Jabodebek dibangun untuk mengurangi kepadatan kendaraan yang masuk Jakarta dari kota-kota satelit disekitarnya. Sehingga meminimalisir kemacetan di tol Jakarta – Cikampek (Japek) dan Jagorawi.

    Menteri Perhubungan menegaskan bahwa pembangunan LRT Jabodebek merupakan salah satu program prioritas nasional. Terutama untuk menjawab tuntutan masyarakat akan transportasi umum yang aman, nyaman, dan memiliki ketepatan waktu yang tinggi.

    LRT Jabodebek tahap I terdiri dari 3 lintas layanan yaitu Lintas layanan 1 Cawang-Sibubur, Lintas Layanan 2 Cawang-Kuningan-Dukuh Atas, Lintas Layanan 3 Cawang – Bekasi Timur

    LRT Jabodebek tahap II terdiri dari 3 lintas layanan  yaitu Lintas Layanan 4 Dukuh Atas-Palmerah-Senayan, Lintas Layanan 5 Cibubur- Bogor dan Lintas Layanan 6 Palmerah-Grogol


    Letak stasiun LRT Jabodebek tahap I : Untuk lintas layanan Cawang – Kuningan-Dukuh Atas memiliki panjang 11,5 km, dengan tujuh lokasi stasiun pemberhentian. Enam stasiun pemberhentian tersebut antara lain, Ciliwung, Cikoko, Kuningan, Rasuna Said, Setiabudi, dan Dukuh Atas.

    Sedangkan Lintas layanan Cawang-Bekasi Timur memiliki panjang 18,5 km dan memiliki tujuh lokasi stasiun. Adapun lokasi stasiun tersebut berada di Halim, Jatibening Baru, Cikunir1, Cikunir2, Bekasi Barat, dan Jatimulya (Bekasi Timur).

  • PT Adhi Karya (persero) Tbk, PT Kereta Api Indonesia (persero)

  • LRT Jabodebek tahap I ditargetkan selesai pada 2019.

FAQs Konstruksi LRT Jabodebek

  • Adanya Tim traffic yaitu orang yang  membawa bendera atau membawa lampu lalin bertugas membuka dan menutup jalan. Dan mobil patroli yaitu tim pengawal kendaraan U- Shape Girder. Tim tersebut juga yang memberitahukan adanya pekerjaan proyek. Selain kedua tim tersebut, ada tim housekeeping yang bertugas menjaga kebersihan sepanjang lintasan LRT.

  • ADHI sebisa mungkin memperkecil ketidaknyamanan pengguna jalan pada saat konstruksi berlangsung. Misalnya dengan melakukan pengerjaan proyek LRT di waktu malam sampai dini hari, saat lalulintas mulai berkurang kepadatannya. Adapun waktu pengakutan precast ke lokasi, dilakukan di malam hari dari jam 22.00 sampai 05.00 wib. Namun dikarenakan semakin parahnya kemacetan, terutama di lintas layanan Cawang-Bekasi dimana terdapat proyek jalan tol layang Jakarta-Cikampek, selain LRT Jabodebek, window time semakin pendek, menjadi 23.00 sampai jam 04.00 wib

  • ADHI selalu menggunakan pagar seng berwarna putih dengan corak dua garis merah di bagian atasnya dan satu garis merah di bagian bawahnya sebagai pemisah antara area umum dan area proyek, sehingga tidak setiap orang bisa keluar masuk dengan mudah. Selain itu juga dimaksudkan agar debu dan suara bising pembangunan tidak berdampak langsung pada lingkungan.

FAQs Teknis LRT Jabodebek

  • Lintasan Elevated LRT mempunyai beberapa pertimbangan diantaranya:

    1. Banyaknya JPO dan Fly Over yang dilewati pada tiga lintas pelayanan LRT Jabodebek tahap 1 yaitu Cawang-Cibubur, Cawang-Dukuh Atas dan Cawang-Bekasi.
    2. Menjaga kelandaian minimum jalur (maksimum 2%). Bila trase vertikalnya turun naik akan mengalamin kenyamanan penumpang dan juga sarananya membutuhkan power yang besar sehingga menyebabkan boros listrik/ biaya operasional dan biaya perawatan.
    3. Meminimalkan masalah sosial dan gangguan dari pihak yang tidak bertanggung jawab seperti halnya yang terjadi pada jalur at grade
    4. Menghilangkan perlintasan sebidang dengan jalan yang sering terjadi kecelakaan lalu lintas. Pada lintasan Cawang-Cibubur area crossingnya adalah lintas Tol Jagorawi dan Tol JORR. Sedangkan pada lintasan Cawang-Dukuh Atas area crossingnya melalui Tol CTC, simpang kuningan. Selanjutnya lintasan Cawang-Bekasi melalui Cawang Interchange, Til Wiyoto Wiyono, Akses Tol Cikampek, Hingga Ramp On Bekasi Timur arah Cikampek.
    5. Meminimalkan pembebasan lahan karna pada lintasan at grade membutuhkan biaya yang lebih besar.
    6. Bila konstruksi elevated di atas jalan, maka ruang dibawahnya masih difungsikan setelah konstruksi selesai sehingga penggunaan lebih efisien.
    7. Bila dibuat dibawah tanah, membutuhkan waktu lebih lambat dan biaya yang lebih besar
    8. Sesuai PERMEN PU No 19/PRT/M/2011 tentang persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan Raya Pasal 17 ayat 5
    9. Amanat UU 23/2007 tentang perkeretaapian untuk menghindari perlintasan sebidang khususnya pada jalur kereta api yang baru

  • Karena dibeberapa lokasi tersebut ada batas ketinggian tertentu yang sudah diatur oleh perda setempat, sehingga jalur dibuat turun (tidak elevated).

  • Komponen pendukung U-Shape Girder adalah sebagai berikut:

    • Pier Head. Pier Head merupakan dasar untuk menopang U-Shape Girder. Berkat penggunaan U-Shape Girder yang ramping, dimensi Pier Head yang diperlukan dapat dikurangi. Pengaruhnya tentu cukup signifikan kepada efisiensi waktu dan biaya proyek LRT Jabodebek secara keseluruhan.
    • Kolom. Kolom merupakan tiang-tiang tinggi yang sering dijumpai di lokasi konstruksi LRT Jabodebek. Kolom tersebut akan terhubung dengan Pier head sebelum dipasangkan dengan U-Shape Girder.

    Selain itu, U-Shape Girder juga ditopang oleh pondasi Borepile atau Spunpile yang ditutup dengan Pile Cap dan tertanam di bawah tanah. Yang dimana akan membuat kokoh dan kuat untuk lintasan LRT Jabodebek.

    Bore Pile adalah jenis pondasi dalam yang berbentuk tabung, yaitu berfungsi meneruskan beban struktur bangunan diatasnya dari permukaan tanah sampai lapisan tanah keras di bawahnya. Pondasi bore pile memiliki fungsi yang sama dengan pondasi tiang pancangatau pondasi dalam lainya. Perbedaan di antara keduanya adalah pada cara pelaksanaan pengerjaanya

    Spun Pile atau tiang pancang bulat adalah tiang pancang yang paling modern dan paling sering digunakan di dunia sebagai tiang fondasi (paku bumi). Tiang pancang bulat ini dibuat dengan menggunakan proses spinning agar bisa menciptakan kepadatan dan homogenitas

  • Alasan yang pertama karena sesuai dengan keterbatasan lahan di Jakarta. Selain itu karena menyesuaikan pada teknologi U-Shaped Girder, beton penopang lintasan bisa disesuaikan, dan dibuat lebih ramping dari seharusnya.

  • Girder adalah bagian struktur atas yang berfungsi menyalurkan beban berupa beban kendaraan, berat sendiri girder dan beban – beban lainnya yang berada di atas girder tersebut ke bagian struktur bawah yaitu abutment. Umumnya girder merupakan balok baja dengan profil I, namun girder juga dapat berbentuk box (box girder ), atau bentuk lainnya.
    Girder yang digunakan pada LRT Jabodebek:


    • Box Girder. Bentuknya berupa balok kotak berongga, yang disusun memanjang, dengan menggunakan pilar sebagai penyangganya. Pada umumnya terdapat beberapa jenis bentuk Box Girder yaitu persegi dan trapesium.
    • U-Shaped Girder. U-Shaped Girder baru pertama kali digunakan di Indonesia. Teknologi U-Shaped Girder diadaptasi ADHI dari Prancis khusus untuk penopang lintasan pada LRT Jabodebek. ADHI memilih U-Shaped Girder karena mampu mengefisiensikan lebar beton penopang lintasan lebih kecil dari yang seharusnya, Dampak penggunaannya tentu penghematan waktu serta biaya konstruksi.
  • TeknologiU – Shape Girder merupakan gelagar dengan cetakan beton berbentuk huruf “U”. Untuk pertama kalinya U- Shape Girder digunakan di Indonesia dan lahir di Pabrik Precast milik PT AdhiKarya (Persero)Tbk. U-Shape Girder dipilih karena bentuknya yang langsing dan tipis sehingga akrab dengan arsitektur perkotaan di DKI Jakarta yang memilki keterbatasan lahan.

  • U-Shaped Girder dipilih karena beberapa alasan. Pertama, dari segi ukuran U-Shaped Girder sesuai dengan keterbatasan lahan di Jakarta.  Lahan yang tersedia untuk pembangunan di Jakarta terbatas. Pada teknologi U-Shaped Girder, beton penopang lintasan bisa disesuaikan, dan dibuat lebih ramping dari seharusnya.

    Kedua, meskipun ukuran Girdernya terlihat ramping dan tipis-tipis, struktur dipastikan aman menopang berbagai aktivitas LRT Jabodebek. Bahkan struktur U-Shaped Girder direkayasa ADHI untuk menyesuaikan dengan karakteristik Indonesia yang memiliki banyak gunung api aktif, alias tahan akan gempa meskipun bentuknya ramping.

    Ketiga, tentunya efisiensi baik waktu dan biaya. Ukuran U-Shaped Girder yang ramping berbanding lurus pada pengurangan waktu dan biaya selama pengerjaan konstruksi.

    Keempat, karena desain U-Shaped Girder ADHI diadopsi dari Prancsi, aspek estetika adalah keharusan. Desain U-Shaped yang ramping dan tipis merupakan bentuk penerapan unsur estetika, tanpa sedikitpun mengurangi fungsi struktur, oleh Negara yang menjadi salah satu kiblat mode tersebut.
    Terakhir selain tahan gempa, U-Shaped Girder juga didesain untuk mereduksi polusi suara saat #LRTJabodebek beroperasi, karena memiliki penghalang kebisingan. Kemudian nantinya, pada U-Shaped Girder tersedia walkway untuk memungkinkan penumpang melakukan evakuasi saat kereta LRT Jabodebek mengalami gangguan.

  • U- Shaped Girder dibawa ke lokasi menggunakan truk gandeng atau truk trailer. Truk ini sangat diperlukan bagi mobilisasi pengangkutan U-Shaped Girder pasca diproduksi oleh pabrik pra cetak, baik di Pancoran maupun di Sentul, untuk diantar ke lokasi proyek LRT Jabodebek.


    Truk tersebut merupakan kendaraan sejenis kendaraan multi-axle trailer, yang terdiri dari suspense hidrolik silinder, mesin diesel, sistem kemudi hidrolik, dan mekanin. Kendaraan ini memiliki aplikasi utama sebagai transportasi jarak jauh untuk mengangkut peralatan dengan beban yang sangat besar dan abnormal. 


    Biasanya, kendaraan multi-axle trailer ini dioperasikan pada waktu malam hari, di saat volume kendaraan yang lalu-lalang di jalan raya sedikit, sehingga tidak mengganggu kepentingan umum

  • Ballastless Track adalah sistem lintasan rel tanpa ballast atau tanpa adanya batuan di sekitar rel

  • Meminimalisir beban dan biaya, Konsistensi tinggi terhadap geometri dilintasan rel sehingga maintenancenya berkurang dan mampu menahan axle load yang lebih besar serta sistem drainase lebih baik dan terkontrol

  • Moving block adalah sistem persinyalan kereta yang beroperasi secara real time oleh komputer

  • ADHI menggunakan Box Girder dan U Box Girder pada struktur bentang panjang. Box Girder digunakan pada alignment yang berkelok atau tikungan. U Box Girder digunakan pada alignment yang lurus.

  • Keuntungan menggunakan U Shaped Girder: mengatasi keterbatasan lahan di Jakarta karena beton penopang lintasan dapat disesuaikan dan dibuat lebih ramping, memilki sifat anti derailment sehingga dapat menahan polusi suara, memiliki aspek estetika tanpa mengurangi fungsi struktur, tahan akan gempa karena struktur dibuat menyesuaikan karakteristik Indonesia yang memiliki banyak gunung api aktif, tersedia walkway yang memudahkan penumpang melakukan evakuasi apabila kereta LRT Jabodebek mengalami gangguan, mengurangi waktu dan biaya konstruksi. U Shaped Girder dipilih karena lebih efisien penggunaannya jika dibandingkan dengan girder lain.

  • Jika berbicara mengenai desain, ADHI telah mempertimbangkan desain kekuatan kolom ataupun bagian struktur manapun dari LRT. Desain tersebut disesuaikan dengan beban dari kereta yang akan dioperasikan. Selain itu, juga akan memperhatikan dan mengikuti SNI apabila terjadi gempa, seperti ketahanan struktur periode gempa 1000 tahunan. Tidak hanya itu, untuk ketahanan strukturnya sendiri dapat bertahan minimum 100 tahun. Hal tersebut yang menjadi dasar atas perencanaan tiang pada LRT Jabodebek sehingga tiang tersebut siap menahan beban apabila LRT sudah beroperasi.

  • Karena pada area tersebut terdapat trase LRT yang mana dalam aturan termasuk kawasan KKOP (Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan) sehingga terdapat ketinggian maksimum, selain itu juga pada area tersebut terdapat overpass yang mana tidak memungkinkan jika tetap dibangun elevated karena terdapat KKOP, sehingga pilihannya LRT Jabodebek harus dibawah. Karenanya LRT pada area tersebut memiliki lintasan di semi at grade supaya memenuhi KKOP yang ada.

  • Jadi, pada lintasan LRT Jabodebek, tepatnya di Kali Bekasi, memang tidak menggunakan struktur standar, sehingga ADHI menggunakan longspan dengan panjang bentangnya lebih dari 40 meter. Pada pondasi longspan tersebut terdapat penambahan proteksi dengan menggunakan sheet pile, gunanya untuk memproteksi pengerjaan pondasi dari aliran sungai. ADHI menggunakan U Box pada longspan yang mana merupakan kombinasi dari Box Girder dengan U Shaped. Pada LRT ini ADHI menggunakan struktur beton agar menjadi free maintenance sehingga biaya akan lebih murah.

FAQs Pasca Konstruksi LRT Jabodebek

  • Transit Oriented Development (TOD), yaitu suatu konsep pembangunan transportasi yang bersinergi dengan tata ruang guna mengakomodasi pertumbuhan baru dengan memperkuat lingkungan tempat tinggal dan perluasan pilihan maupun manfaat, melalui optimalisasi jaringan angkutan umum massal, seperti bus dan kereta api, sehingga mempermudah warga kota untuk mengakses sumber daya kota.Dalam konsep TOD, wilayah dibagi berdasarkan pelayanan moda transportasi.

  • PT. Kereta Api Indonesia, Tbk